Menanti 'Gairah' Polres Sikka Sikapi Laporan Keluarga Jodimus, Korban Dugaan Sindikat TPPO

- 3 April 2024, 16:30 WIB
Pondok tempat tinggal sementara untuk warga Sikka yang direkrut calo bernama Joker.//
Pondok tempat tinggal sementara untuk warga Sikka yang direkrut calo bernama Joker.// /Dok. Keluarga Korban

FLORESTERKINI.com – Kisah penelantaran 72 calon pekerja asal Kabupaten Sikka oleh terduga perekrut bernama Yuvenius alias Joker hingga berujung pada kematian seorang pekerja yang diboyongnya dari Desa Horder, Kabupaten Sikka-NTT, ke Kalimantan Tengah belum lama ini telah dilaporkan pihak keluarga ke Mapolres Sikka. Sanggupkah Kapolres Sikka membekuk sindikat TPPO di Nian Tana Sikka itu?

Ambrosius Nong Yoris, kepada wartawan yang menyambangi rumah duka baru-baru ini, mengaku bahwa pihaknya telah melaporkan ulah Yuvenius alias Joker itu ke Mapolres Sikka pada Jumat, 29 Maret 2034 pukul 13.00 WITA.

“Kami sudah laporkan itu ke bagian SPKT Polres Sikka. Karena laporan kami itu lisan, kami dimintakan untuk membuatnya secara tertulis, selanjutnya kembali memasukkan laporan tersebut,” tutur paman dari Yodimus Moan Kaka (40), korban yang meninggal dunia.

Baca Juga: Teater ‘Perempuan Bermahar Gading’ Karya Emilia Beribe Siap Pentas di FBN 2024, Ini Pesan Pentingnya

Lantas, bagaimana kisah perekrutan dan keberangkatan hingga penelantaran yang berujung pada jemputan ajal itu? Berikut kisahnya!

Belum sempat mewujudkan impiannya di perkebunanan sawit-Kalimantan Timur sebagaimana janji seorang calo bernama Yuvenius alias Joker, Yodimus Moan Kaka (40) mengembuskan nafas terakhirnya sebelum mendapatkan pekerjaan.

Jodi, sapaan akrab almarhum, meninggal dunia diduga karena menderita sakit akibat penelantaran yang dialaminya bersama putranya, Fransiskus Minggu, dan 70 calon tenaga kerja asal Kabupaten Sikka yang diboyong Joker dari Nian Tana Sikka.

Baca Juga: Sri Mulyani: Realisasi THR Sudah Hampir 100 Persen untuk 3 Kategori Penerima

Kisah Perekrutan dan Keberangkatan

Maria Trisanti Dehope, seorang adik kandung korban meriwayatkan, kakaknya Yodimus Moan Kaka bersama anaknya Fransiskus Mingu dan puluhan calon pekerja asal Sikka direkrut oleh Yuvenius alias Joker untuk bekerja di perusahaan sawit di Kalimantan Timur.

Keseluruhan biaya perjalanan dari Pelabuhan Laut Lorens Say Maumere dengan menggunakan KM Lambelu pada 12 Maret 2024 itu hingga tiba di tempat tujuan, termasuk tempat hunian mereka, dan pekerjaan, dijanjikan si perektut menjadi tanggung jawabnya.

Namun, tatkala mereka tiba di Kalimantan Timur, apa yang dijanjikan si perekrut Yuvinus alias Joker tersebut justru berbeda.

Baca Juga: Penipuan Online Jelang Lebaran Makin Marak, BRI Imbau Nasabah Waspada, Ikuti Tips Ini Biar Isi Rekening Aman!

Mengutip cerita kakaknya Jodimus serta penuturan dari calon pekerja asal Sikka lainnya, Santi demikianlah sapaan kesehariannya, melanjutkan bahwa Joker yang berjanji akan mengurus tempat tinggal  serta kebutuhan makan dan minum mereka ternyata berpaling dari janji-janji yang dia utarakan sebelum keberangkatan mereka dari Sikka.

Demi keberlangsungan hidup setelah sekian lama menanti untuk bekerja di perusahaan sawit sebagaimana yang dijanjikan Joker sebelumnya, mereka terpaksa bekerja memotong kayu, lalu menjualnya untuk mendapatkan uang agar bisa membeli bahan makanan sehari-hari.

"Memang mereka tinggal di pondok yang disediakan Joker itu. Di pondok itu hanya ada perlengkapan dapur seadanya dan parang, tanpa ada beras dan air. Air untuk masak sama sekali tidak ada,” tutur Santi kepada wartawan, Senin, 1 April 2024.

Baca Juga: Teater Perempuan Mahar Gading Tampil di Hari Ketiga Gelaran FBN 2024, Ini Kata Tokoh Adat Rumpun Balaweling

Ari, seorang warga Kampung Galit-Sikka yang juga termasuk dalam rombongan Jodimus, menuturkan bahwa mula-mula dirinya didatangi si perekrut, dan menyampaikan kalau mereka sedang mencari tenaga kerja untuk bekerja di perusahan sawit di Kalimantan.

"Dapatlah kami ini, ada sekitar 72 orang. Sewaktu kami mau naik kapal Lambelu di Pelabuhan Lorens Say Maumere, oknum yang merekrut itu suruh kami agar tidak boleh berkerumun. Terpisah-pisah begitulah. Katanya, nanti ketahuan," ungkap Ari.

Sewaktu mereka sudah di dalam KM Lambelu, Joker menelepon dan mengabarkan bahwa dirinya akan menyusul. Sekian lama menanti, Joker ternyata tak juga muncul. Rupanya Joker saat itu sedang dalam perjalannan ke Larantuka, Kabupaten Flores Timur, dengan menumpang mobil.

"Sampai di Larantuka, dia (Joker) naik kapal dan berbaur dengan kami. Dalam perjalanan, si Joker bercerita bahwa dirinya sebenarnya naik kapal di Maumere, tetapi banyak orang yang mengincar dirinya, bahkan dirinya pun bercerita membayar polisi 5 juta rupiah,” beber Ari.

Baca Juga: Seorang Petani Asal Sikka Ditemukan Tewas di Kebun, Keluarga Sempat Gelisah

Riwayat Pasca Tiba di Balikpapan

Setibanya KM Lambelu di pelabuhan Kota Balikpapan, mereka lalu  turun dan selanjutnya menumpang taksi menuju terminal bus untuk melanjutkan perjalanan ke Simpang, Kalimantan Tengah (Kalteng).

“Ketika tiba di Simpang, semua kami dalam bus itu turun. Kami lalu dipisahkan ke dalam dua kelompok. Selanjunya kami yang sekelompok lalu naik bus dari Simpang menuju tempat yang oleh Joker menyebutnya Kamp Baru,” begitulah Ari terkait kisah perjalanan mereka.

Semua rombongan yang direkrut dari Kabupaten Sikka itu lalu turun dari bus ketika tiba di lokasi yang tersebutkan sebagai Kamp Baru itu. Joker, sebagaimana yang dituturkan Ari, lalu menitipkan mereka kepada seorang rekannya yang bernama Yanto.

Baca Juga: Diserang Komodo, Seorang Warga Manggarai Dilarikan ke Rumah Sakit

Kepada mereka Yanto berpesan, bila ada yang menanyakan tentang kehadiran para mo’at itu setibanya di Kamp Baru, mereka harus menjawab bahwa mereka sedang nyasar.

Kehidupan Baru di Kamp Baru

Di malam harinya, setibanya mereka di Kamp Baru itu, ke-72 calon pekerja yang diboyong Joker dari Kabupaten Sikka tidur di sebuah bangunan tanpa dinding. Bangunan itu adalah Tempat Penitipan Anak (TPA). Mereka kemudian dipindahkan lagi ke sebuah ruangan yang disebut klinik.

"Untuk makan minum, kami mesti tunggu, diantar oleh orang suruhan Joker. Waktu makan pagi, terkadang kami tunggu sampai malam baru diantar. Bahkan, nasi basi pun diberikan ke kami. Kami terpaksa tidak makan, hingga akhirnya mereka menggantikan dengan makanan yang baru,” tutur Ari.

Baca Juga: Hampers Lebaran 2024 Unik dan Berkesan, Mau Tau Cara Menyiapkannya? Ikuti Tips dan Rekomendasi Ini!

Setelah itu, mereka dikasih parang dan alat dapur. Kepada mereka, orang suruhan Joker mengabarkan bahwa mereka siap masuk kerja.

Mereka kemudian dipindahkan lagi ke sebuah pondok yang tidak ada peralatan dapur, serta peralatan tidur dan dan lampu. Dengan terpaksa, mereka bertahan di pondok itu.

“Untuk makan, kami diminta untuk tunggu saja karena nanti diantar nasi. Kami tungu sampai jam 11 malam, nasi tak kunjung tiba. Kami lalu putuskan untuk kembali ke kamp yang berdekatan dengan kantor. Kami tanya ke mereka, kenapa tidak ada makanan untuk kami. Bagaimana kami bisa kerja kalau tidak ada makanan yang masuk?” begitulah Ari mengisahkan luapan omelan mereka.

Baca Juga: TEGAS! Menaker Ingatkan Perusahaan Bayar THR Paling Lambat H-7 Lebaran, Ada Sanksi Berat?

Bukannya mendapat jawaban tentang bagaimana mereka dapatkan makanan, keesokan harinya Ari justru dipanggil menghadap. Ari mendapat lontaran pertanyaan mau kerja atau tidak? Ari pun menjawab kalau semua mereka butuh makanan baru bisa bekerja.

Oknum yang senantiasa di sapa ‘bos’ itu menjawab sekenanya, bahwa akan meneruskannya ke Yuvenius alias Joker. Namun, apa yang dinantikan mereka itu berbuahkan ketidakjelasan.

Untuk bisa makan setelah menanti sekian hari, rombongan pekerja yang direkrut Joker itu pun terpaksa membantu memotong kayu untuk dijual. Di situlah awal mula Jodinus jatuh sakit.

Baca Juga: Resmi! MK Panggil Empat Menteri Kabinet Indonesia Maju, Wajib Hadir dan Tak Perlu Minta Izin Presiden

Perhatian Yuvenius Alias Joker Sewaktu Jodi Sakit

Jenazah Jodi saat dibawa menuju lokasi pemakaman di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Jenazah Jodi saat dibawa menuju lokasi pemakaman di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dok. Keluarga

Melihat keadaan yang dialami Jodi, Ari sebagaimana yang dikisahkannya melalui rekaman suara, lalu menelepon Yuvenius alias Joker.

"Saya kemudian telepon Pak Yuvenius, sampaikan bahwa kaka Jodi sakit parah, sebaiknya pulangkan beliau dengan anaknya ke Sikka. Pak Yuvenius janji akan carikan tiket. Namun sampai kaka Jodi meninggal, tiket kapal itu tak pernah ada. Bahkan dia mengarahkan untuk rujuk ke rumah sakit,” ujar Ari.

Kepada semua mereka, Joker bahkan mengarahkan mereka untuk mengantar Jodi ke rumah sakit, sedangkan mereka tidak memiliki sepersen pun uang. Jodi akhirnya tidak jadi diantar ke rumah sakit.

Baca Juga: Resmi! MK Panggil Empat Menteri Kabinet Indonesia Maju, Wajib Hadir dan Tak Perlu Minta Izin Presiden

Ari menambahkan, Jodi bersama anaknya terpaksa pergi sendiri ke Kota Balikpapan pada Kamis, 28 Maret 2024, setelah menerima uang yang dikirimkan istrinya dari Sikka.

Menurut Ari, Jodi sudah merencakan akan menggunakan uang itu untuk keperluan pengobatan dan membeli tiket pulang kampung. Sayangnya, maut keburu menjemputnya sebelum tiba di rumah sakit.

Senada Ari, Sinta selaku adik Jodi yang sedang bekerja di Kutai Kartanegara pun mengisahkan, akibat penelantaran Jodi cs di pondok dengan situasi makan dan minum yang tidak jelas itu, menyebabkan  kakaknya Jodimus jatuh sakit.

Baca Juga: Penyidik Subditgakkum Ditpolairud Polda NTT Serahkan 2 Pelaku Penangkap Penyu Hijau ke Kejari Flores Timur

Sinta mengisahkan, kepada si Joker, sang kakak telah menyampaikan tentang kondisinya tersebut dan meminta Joker untuk membantu biaya berobat. Namun, bantuan itu tak kunjung datang.

"Kakak Jodi akhirnya telepon istrinya di Hoder, memintanya untuk cari uang demi keperluan pengobatan dirinya. Istrinya terpaksa menjual seekor babi besar mereka dengan harga yang hanya 1 juta rupiah. Uang itu lalu dikirim ke suaminya,” kisah Sinta.

Selain uang kiriman istrinya, Jodi pun mendapat tambahan biaya pengobatan dari seorang kakaknya dari hasil penjualan HP.

Setelah mendapatkan uang itu, Jodi ditemani putranya Fransiskus Minggu lalu berangkat ke rumah sakit di Kota Balikpapan dengan menyewa mobil travel. Sayangnya sebelum tiba di rumah sakit, Jodi mengembuskan nafas terakhirnya.

Baca Juga: Kuota CPNS dan PPPK 2024 Ditetapkan, Pemda Flores Timur Ungkap Waktu Dimulainya Seleksi

Menyaksikan kenyataan yang terjadi, dalam kesedihan dan kekalutan, putra Jodi meneruskan perjalanan mereka ke rumah sakit Balikpapan sambil mengabarkan kedukaan yang dialaminya itu kepada sanak keluarganya.

Keluarga lalu menelepon Joker, memintanya untuk turut membantu biaya pemulangan jenazah Jodi dari Balikpapan ke Sikka.

“Pihak rumah sakit menginformasikan total biaya pengiriman jenazah dari rumah sakit sebesar 24 juta rupiah. Keluarga kemudian telepon Joker, tetapi nomor HP tidak aktif. Kemudian keluarga minta saya ke Balikpapan untuk mengurus jenazah. Saya lalu menuju Balikpapan, ke rumah sakit untuk menjemput jenazah dan putra almarhum. Saat itu, kami telepon lagi Joker, dan dia janjikan siap kirim uang. Namun, hal itu tidak juga dia lakukan, sehingga keluarga lalu memutuskan untuk memakamkan jenazah kakak saya di tempat kerja saya di Kutai Kertanegara," ungkap Santi dengan suara terbata-bata, menahan haru.

Almarhum Jodi kemudian dimakamkan di Kutai Kertanegara pada Jumat, 29 Maret 2024 pukul 17.00 WITA.***

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah