Tahbis Jadi Imam Katolik di Tengah Penduduk Mayoritas Islam, Pater Goris: Ini Latar Belakang Perutusan Kami

- 21 September 2023, 07:06 WIB
Pater Goris Kaha, SVD bersama dua keponakannya yakni Laras dan Kene (semasa kecil).
Pater Goris Kaha, SVD bersama dua keponakannya yakni Laras dan Kene (semasa kecil). /Dok. Pribadi Pater Goris Kaha

Terkait awal mula panggilannya sebagai imam, Pater Goris mengatakan, benih panggilan itu sebenarnya sudah mulai tampak waktu ia duduk di bangku Kelas 2 SD. Motivasinya sederhana saja, bahwasanya ia ingin membawakan misa atau Ekaristi.

“Kalau dikenang pada masa kecil itu, hampir dalam setiap permainan anak-anak saya ditentukan, atau lain kesempatan menjadikan diri, sebagai seorang pastor. Saya ingat bagaimana piama atau pakaian tidur ayah saya jadikan kasula dan biskuit Roma yang bulat besar itu saya jadikan hosti. Itu yang sering saya bagikan kepada teman-teman dalam permainan misa-misaan itu,” kenang Pater Goris.

Baca Juga: India dan Bangladesh Laporkan Peningkatan Wabah Virus Nipah, Kemenkes RI Tingkatkan Kewaspadaan

Tantangan dan Jalan Keluar

 

Pater Goris Kaha mengakui, ia hidup bersama lima saudarinya yang dididik dengan tradisi Katolik yang kuat oleh Marselinus Kedala Kaha (almarhum ayah) dan Philomena Suniina Dawan (ibu). Artinya, ia adalah anak laki-Iaki tunggal dan memiliki lima orang saudari, terutama selepas saudara kandungnya yang bernama Yosphit Petala Kaha meninggal dunia dalam usia yang masih sangat muda (10 tahun) pada 1982 di Lewolaga, tempat tugas sang ayah kala itu.

“Pada akhir seminari menengah, ayah saya meninggal (7 April 1990). Saya sedikit goncang, untung ibu saya sangat mendukung dan membantu. Sampai sekarang, saya yakin ibu dan saudari-saudari saya selalu menyertai saya dengan doa-doa mereka. Terima kasih mama,” kata Pater Goris Kaha.

Baca Juga: Diduga Lakukan Pelecehan Seksual terhadap Korban Tilang, Kasat Lantas Polres Sikka Dinonaktifkan

Menurutnya, semua orang tahu bahwa hidup imamat tidaklah mudah, ada banyak tantangan, godaan dan kesulitan datang dan pergi. Karena itu sebagai seorang imam, perlu ada sikap kerendahan hati. Sikap dasar inilah yang akan mengantar orang untuk siap mendengarkan orang lain, siap bekerja sama dan terus-menerus belajar dari orang lain atau pengalaman konkrit setiap hari.

“Hanya orang yang rendah hati mau menerima teguran dan kehendak Tuhan dalam hidupnya. Maka saya menyadari bahwa di balik kelemahan-kelemahan saya, Tuhan memberi saya bakat, kemampuan, dan bahkan karunia, agar saya terus berusaha untuk semakin dapat berguna bagi banyak orang,” pungkasnya.***

Halaman:

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah