Otoritas Syahbandar Labuan Bajo Tutup Sementara Aktivitas Pelayaran, Apa Penyebabnya?

5 Januari 2024, 11:38 WIB
Suasana perairan Labuan Bajo,Kabupaten Manggarai Barat, NTT. /ANTARA/HO-Gecio Viana

FLORESTERKINI.com – Aktivitas pelayaran laut di Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo untuk sementara waktu dihentikan. Hal itu disebabkan karena jarak pandang yang terbatas akibat sebaran erupsi Gunung api Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, NTT.

Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo, Stefanus Risdiyanto mengatakan, pihaknya mengeluarkan larangan berlayar bagi seluruh armada laut dan nelayan.

Kebijakan tersebut ditempuh mengingat jarak pandang di sekitar wilayah perairan sangat terbatas sehingga sangat berpotensi terjadi kecelakaan.

Baca Juga: BREAKING NEWS! Bandara Frans Seda Maumere Kembali Ditutup, Pesawat Wings Putar Balik ke Kupang

Menurut Dia, selain karena sebaran debu vulkanik akibat erupsi Gunung Lewotobi, larangan berlayar juga ditempuh setelah pada hari yang sama ada kapal Pinisi yang kandas karena jarak pandang yang terbatas.

"Sehingga Syahbandar Labuan Bajo mengeluarkan satu notice to Mariners untuk mencegah terjadinya kecelakaan lanjutan," ujar Stefanus di Labuan Bajo, Kamis, 4 Januari 2024.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga menduga adanya faktor penyebab lain yang mengakibatkan jarak pandang di wilayah perairan Labuan Bajo dan sekitarnya. Dugaan terkuat yang menyebabkan kabut asap tersebut adalah karena dampak El Nino yang terjadi beberapa waktu belakangan ini.

Baca Juga: Tim Relawan Muhammadiyah Maumere-Flotim Salurkan Bantuan bagi Warga Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi

"Kemungkinan patut diduga penyebab dari kabut asap ini yakni fenomena El Nino yang menyebabkan kabut asap akibat penguapan air yang terjebak," katanya.

Tidak hanya melarang pelayaran bagi kapal milik para pelaut yang ada di Labuan Bajo, pihak Syahbandar juga mewanti-wanti semua kapal yang melewati wilayah perairan tersebut agar selalu berhati-hati.

Dia mengimbau kepada seluruh kapal yang berlayar untuk memperhatikan tata cara bernavigasi secara baik. Jika perlu, dapat menggunakan sarana bantu navigasi dan telekomunikasi selama berlayar.

Baca Juga: Hasil Papper Test Negatif, Penerbangan di Bandara Frans Seda Maumere Kembali Dibuka Hari Ini

"Mengenai jarak pandang kita tidak dalam posisi menentukan berapa jauh. Tapi kalau dari kami, bisa membahayakan keselamatan pelayaran," ujar Stefanus.

Dirinya menuturkan, pihaknya terus melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mendapatkan informasi terupdate.

Berdasarkan hasil koordinasi, dikatakan bahwa fenomena El Nino dan debu vulkanik akibat erupsi bisa ditangkap oleh air hujan sehingga jarak pandang bisa kembali bagus seperti semula.

Baca Juga: Warga Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi Mengidap 10 Jenis Penyakit, Simak Rinciannya!

"Kalau hujan ini kan bisa menangkap partikel-partikel yang menyebabkan kabut seharusnya bisa bersih, maka larangan atau imbauan itu bisa dicabut," ucapnya.

Stefanus menambahkan, untuk mengantisipasi adanya kemungkinan atau resiko terburuk terjadinya kecelakaan laut, maka pihaknya sudah membentuk Tim Emergency yang siap melakukan pertolongan. Tim emergency tersebut merupakan gabungan dari beberapa instansi yakni Syahbandar, Basarnas, TNI dan Polairud.

"Semua berkolaborasi dengan mantap dalam rangka pengamanan dan dan evakuasi apabila ada kejadian marabahaya di laut," kata dia.

Baca Juga: Polda NTT Bakal Terjunkan Ratusan Personel ke Flores Timur, Alat Pengubah Uap Menjadi Air Turut Dibawa

Bahkan, lanjut dia, tim tersebut sudah beberapa kali melakukan tindakan pertolongan kepada para korban kecelakaan laut di wilayah perairan Labuan Bajo.

"Ini sudah dibuktikan beberapa kali kejadian kami bertindak cepat, tidak ada korban jiwa yang ada akibat kecelakaan-kecelakaan kapal di Labuan Bajo," pungkasnya.***

Editor: Ade Riberu

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler